JAKARTA - Mahasiswa Indonesia rata-rata membutuhkan waktu empat tahun untuk menyelesaikan kuliah. Kemampuan akademik para lulusan perguruan tinggi bisa diukur. Tetapi bagaimana dengan soft skill mereka?
Presiden Direktur PT XL Axiata, Tbk. (XL) Hasnul Suhaimi bertutur, salah satu kekurangan lulusan perguruan tinggi Indonesia adalah karakter mereka. Pendidikan tinggi Tanah Air, kata Hasnul, hanya memerhatikan aspek akademis, dan luput pada pembangunan karakter.
Menurut Hasnul, mahasiswa dipaksa lulus empat tahun. Akibatnya mereka tidak sempat membangun karakter.
"Bagaimana mau jadi pemimpin jika memimpin rapat saja tidak bisa? Bagaimana mau jadi komunikator handal jika melakukan presentasi saja tidak bisa? Bagaimana mau berdiskusi jika mahasiswa tidak menguasai bahasa? Pendidikan karakter seperti ini seharusnya yang didapatkan mahasiswa ketika kuliah," kata Hasnul di Jakarta Convention Center (JCC), Rabu (6/6/2012).
Hasnul bertutur, tantangan lain dalam hal sumber daya manusia (SDM) Indonesia adalah budaya malu yang tidak baik. Generasi muda Indonesia, kata Hasnul, tidak memiliki semangat kompetisi karena rendah hati.
"Padahal kerendahan hati inilah yang merusak diri," imbuhnya.
Selain itu, ujar Hasnul, kampus dan institusi pendidikan lainnya tidak mengajarkan life skill kepada para peserta didik. Sejak sekolah dasar, institusi pendidikan hanya mengajarkan kemampuan akademik.
"Kita tidak dilatih untuk mampu berdiskusi. Dosen dan guru pun kebanyakan tidak terbuka pada pemikiran anak didiknya. Jadi ketika ada siswa bertanya, mereka kerap kali menganggap itu suatu 'ancaman', bahwa si murid berusaha mengetes si guru," ujarnya.
Hasnul juga menyayangkan ketidakcocokan pada pengajaran bahasa Inggris di sekolah. Siswa tidak dilatih berbahasa Inggris untuk percakapan, sehingga kemampuan sosialisasi mereka dengan lingkungan dan budaya global kurang.
"Contohnya, ketika masuk kerja, seseorang kesulitan mengemukakan pendapat dan berdiskusi dengan rekan sejawatnya karena tidak menguasai bahasa Inggris," tuturnya.
Presiden Direktur PT XL Axiata, Tbk. (XL) Hasnul Suhaimi bertutur, salah satu kekurangan lulusan perguruan tinggi Indonesia adalah karakter mereka. Pendidikan tinggi Tanah Air, kata Hasnul, hanya memerhatikan aspek akademis, dan luput pada pembangunan karakter.
Menurut Hasnul, mahasiswa dipaksa lulus empat tahun. Akibatnya mereka tidak sempat membangun karakter.
"Bagaimana mau jadi pemimpin jika memimpin rapat saja tidak bisa? Bagaimana mau jadi komunikator handal jika melakukan presentasi saja tidak bisa? Bagaimana mau berdiskusi jika mahasiswa tidak menguasai bahasa? Pendidikan karakter seperti ini seharusnya yang didapatkan mahasiswa ketika kuliah," kata Hasnul di Jakarta Convention Center (JCC), Rabu (6/6/2012).
Hasnul bertutur, tantangan lain dalam hal sumber daya manusia (SDM) Indonesia adalah budaya malu yang tidak baik. Generasi muda Indonesia, kata Hasnul, tidak memiliki semangat kompetisi karena rendah hati.
"Padahal kerendahan hati inilah yang merusak diri," imbuhnya.
Selain itu, ujar Hasnul, kampus dan institusi pendidikan lainnya tidak mengajarkan life skill kepada para peserta didik. Sejak sekolah dasar, institusi pendidikan hanya mengajarkan kemampuan akademik.
"Kita tidak dilatih untuk mampu berdiskusi. Dosen dan guru pun kebanyakan tidak terbuka pada pemikiran anak didiknya. Jadi ketika ada siswa bertanya, mereka kerap kali menganggap itu suatu 'ancaman', bahwa si murid berusaha mengetes si guru," ujarnya.
Hasnul juga menyayangkan ketidakcocokan pada pengajaran bahasa Inggris di sekolah. Siswa tidak dilatih berbahasa Inggris untuk percakapan, sehingga kemampuan sosialisasi mereka dengan lingkungan dan budaya global kurang.
"Contohnya, ketika masuk kerja, seseorang kesulitan mengemukakan pendapat dan berdiskusi dengan rekan sejawatnya karena tidak menguasai bahasa Inggris," tuturnya.